Bagaimana Mesir Berkembang? Inilah Sejarahnya dari Masa ke Masa
Jumat, 08 Agustus 2025
Tambah Komentar
Sejarah Mesir adalah kisah panjang peradaban manusia yang dimulai ribuan tahun sebelum Masehi. Dikenal sebagai salah satu pusat peradaban tertua di dunia, Mesir telah melalui berbagai fase mulai dari masa kejayaan para Firaun, kekuasaan asing, hingga menjadi negara modern yang memainkan peran penting dalam geopolitik Timur Tengah.
Peradaban Mesir kuno berkembang di sepanjang Sungai Nil, di mana masyarakatnya bergantung pada banjir tahunan sungai tersebut untuk pertanian. Sekitar 3100 SM, Sebelum kemudian Raja Menes (juga dikenal sebagai Narmer) menyatukan Mesir Hulu dan Hilir menjadi satu kerajaan, Ini menandai awal dari periode Kerajaan Awal. Dari sini, Mesir mengalami fase kejayaan yang disebut dengan Kerajaan Lama, ketika piramida-piramida besar seperti di Giza dibangun sebagai simbol kekuasaan dan keabadian raja.
Setelah mengalami masa kekacauan dan desentralisasi, Mesir kembali bangkit dalam periode Kerajaan Tengah. Pembangunan kembali infrastruktur dan sistem irigasi dilakukan, serta seni dan sastra mengalami kemajuan. Namun, sekali lagi Mesir mengalami masa penuh gejolak sebelum akhirnya mencapai puncak kejayaan dalam periode Kerajaan Baru (sekitar 1550–1070 SM).
Pada masa Kerajaan Baru, para Firaun seperti Thutmose III, Ramses II, dan Hatshepsut memimpin Mesir ke era ekspansi wilayah, kejayaan arsitektur, dan kekuatan militer. Firaun Akhenaten sempat mengubah sistem kepercayaan dengan memperkenalkan monoteisme yang berpusat pada dewa Aten, meskipun setelah kematiannya sistem kepercayaan politeistik dipulihkan kembali oleh putranya, Tutankhamun.
Namun, kejayaan itu tidak abadi. Setelah melewati masa keruntuhan internal dan serangan bangsa asing seperti bangsa Laut, Mesir menjadi lemah. Sekitar tahun 525 SM, Mesir jatuh ke tangan Kekaisaran Persia. Beberapa abad kemudian, pada tahun 332 SM, Alexander Agung dari Makedonia menaklukkan Mesir dan mendirikan dinasti Ptolemaik. Salah satu tokoh paling terkenal dari dinasti ini adalah Cleopatra VII, ratu terakhir Mesir yang dikenal karena hubungannya dengan Julius Caesar dan Markus Antonius.
Setelah kekalahan Cleopatra dan kematian Antonius dalam pertempuran melawan Romawi, Mesir menjadi provinsi Romawi pada 30 SM. Sejak saat itu, Mesir tidak lagi diperintah oleh bangsa sendiri. Selama ratusan tahun berikutnya, wilayah ini menjadi bagian dari berbagai kekaisaran, termasuk Romawi Timur (Bizantium), hingga akhirnya ditaklukkan oleh pasukan Muslim Arab pada abad ke-7 M.
Kedatangan Islam membawa perubahan besar dalam budaya, bahasa, dan sistem pemerintahan Mesir. Bahasa Arab menggantikan bahasa Koptik dan menjadi bahasa utama. Seiring berjalannya waktu, Mesir menjadi bagian penting dari dunia Islam, dan selama abad ke-10 hingga ke-12, Mesir diperintah oleh dinasti Fatimiyah dengan Kairo sebagai ibu kotanya. Kairo pun berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan dan perdagangan di dunia Islam.
Pada abad ke-13 dan 14, Dinasti Mamluk menguasai Mesir dan berhasil mempertahankan wilayahnya dari ancaman bangsa Mongol dan tentara Salib. Namun, pada tahun 1517, Kekaisaran Ottoman menaklukkan Mesir dan menjadikannya sebagai salah satu provinsinya, meskipun dengan otonomi yang relatif besar bagi para pemimpin lokal.
Memasuki abad ke-19, Mesir mulai mengalami modernisasi di bawah kepemimpinan Muhammad Ali Pasha, seorang gubernur Ottoman berdarah Albania yang ambisius. Ia membangun tentara modern, membangun sistem pendidikan, dan memperkuat ekonomi. Mesir di bawah keturunannya menjadi semakin mandiri dari Ottoman. Pada 1869, Terusan Suez dibuka dan memperkuat posisi strategis Mesir secara global.
Namun, pembangunan ini memicu utang besar, dan pada tahun 1882 Inggris mengambil alih kendali atas Mesir, menjadikannya semacam protektorat de facto meskipun secara teknis tetap bagian dari Kekaisaran Ottoman hingga Perang Dunia I. Setelah perang, Mesir secara resmi menjadi protektorat Inggris hingga memperoleh kemerdekaan sebagian pada 1922. Raja Fuad I menjadi penguasa pertama Kerajaan Mesir modern.
Namun, ketidakpuasan rakyat terhadap monarki dan pengaruh asing terus meningkat. Pada tahun 1952, Revolusi Mesir yang dipimpin oleh Gamal Abdel Nasser dan kelompok perwira muda menggulingkan Raja Farouk. Nasser kemudian menjadi presiden dan memimpin Mesir ke arah sosialisme Arab dan nasionalisme. Ia menasionalisasi Terusan Suez pada tahun 1956, yang memicu krisis internasional saat Inggris, Prancis, dan Israel menyerang Mesir, meski pada akhirnya Mesir tetap menguasai terusan tersebut.
Nasser juga memainkan peran besar dalam gerakan negara-negara non blok. Setelah wafatnya pada 1970, ia digantikan oleh Anwar Sadat, yang membawa Mesir ke arah berbeda. Sadat mengakhiri konflik panjang dengan Israel melalui Perjanjian Camp David tahun 1978, menjadikan Mesir negara Arab pertama yang mengakui Israel. Hal ini menimbulkan pro dan kontra, bahkan menyebabkan pembunuhan Sadat pada 1981 oleh kelompok ekstremis.
Penggantinya, Hosni Mubarak, memerintah selama hampir 30 tahun. Di bawah pemerintahannya, Mesir mengalami stabilitas relatif, namun juga banyak kritik terhadap otoritarianisme dan pelanggaran HAM. Pada tahun 2011, gelombang protes besar yang dikenal sebagai Arab Spring menggulingkan Mubarak dari kekuasaan.
Setelah periode ketidakstabilan dan kepemimpinan singkat Mohamed Morsi dari Ikhwanul Muslimin, militer kembali mengambil alih kekuasaan. Sejak 2014, Mesir dipimpin oleh Abdel Fattah el-Sisi. Pemerintahannya berfokus pada pembangunan infrastruktur dan stabilitas, meskipun terus dikritik oleh kelompok HAM atas isu kebebasan sipil.
Kini, Mesir tetap menjadi salah satu negara terpenting di Timur Tengah dan Afrika Utara, baik dari sisi geopolitik, budaya, maupun sejarah. Warisan Mesir Kuno masih menjadi daya tarik global, dan piramida serta kuil-kuil di sepanjang Sungai Nil tetap menjadi simbol kekuatan, keabadian, dan daya cipta manusia sepanjang zaman.

Belum ada Komentar untuk "Bagaimana Mesir Berkembang? Inilah Sejarahnya dari Masa ke Masa"
Posting Komentar