Sejarah Lengkap Pompeii, Kota Romawi yang Terkubur Secara Tragis

Pompeii adalah salah satu kota kuno paling terkenal di dunia yang terletak di Campania, Italia Selatan, di dekat Teluk Napoli dan kaki Gunung Vesuvius. Pada masa kejayaannya, kota ini adalah simbol kemakmuran dan kebudayaan Romawi yang berkembang pesat, tetapi juga menjadi saksi bisu dari salah satu bencana alam paling tragis dalam sejarah manusia. Terkenal karena terkubur oleh letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M, Pompeii kini menjadi kapsul waktu yang memberikan wawasan luar biasa tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Romawi kuno.

Sejarah Lengkap Pompeii, Kota Romawi yang Terkubur Secara Tragis


Sejarah awal Pompeii diperkirakan dimulai sejak abad ke-7 atau ke-6 SM, ketika wilayah ini masih dihuni oleh suku Osci, salah satu kelompok Italik yang menempati Italia bagian selatan. Mereka mendirikan permukiman awal di dataran rendah yang subur di dekat Teluk Napoli, menjadikan Pompeii sebagai pusat agraris dan perniagaan kecil yang mulai tumbuh. Letaknya yang strategis di jalur perdagangan antara daratan Italia dan Laut Tengah menjadikan Pompeii kian penting, terutama bagi bangsa-bangsa yang memiliki kepentingan ekonomi dan politik di kawasan tersebut.

Seiring waktu, Pompeii mulai dipengaruhi oleh bangsa Etruskan dari utara dan kemudian oleh koloni-koloni Yunani dari selatan, terutama dari koloni Yunani Cumae. Kedua peradaban ini meninggalkan jejak budaya dan arsitektur di Pompeii, terlihat dari perkembangan sistem irigasi, bangunan keagamaan, dan seni dekoratif yang menggabungkan elemen Italik, Etruskan, dan Yunani. Bangsa Etruskan sempat mendominasi wilayah ini selama beberapa abad hingga akhirnya jatuh ke tangan bangsa Samnium, kelompok pegunungan yang memperluas kekuasaan mereka ke dataran pesisir Campania.

Kekuasaan Samnit atas Pompeii berlangsung hingga abad ke-4 SM, saat Republik Romawi mulai memperluas pengaruhnya di kawasan selatan Italia. Setelah Perang Samnit dan Perang Pyrrhus, bangsa Romawi perlahan-lahan memasukkan Pompeii ke dalam orbit kekuasaannya. Namun, Pompeii tetap mempertahankan otonomi lokal dan kebudayaan campuran sampai pecahnya Perang Sosial (91–88 SM), yaitu konflik antara Roma dan sekutu-sekutu Italiknya yang menuntut kewarganegaraan penuh.

Setelah Perang Sosial usai, Pompeii secara resmi dijadikan koloni Romawi pada tahun 80 SM oleh diktator Lucius Cornelius Sulla. Nama resminya diubah menjadi "Colonia Cornelia Veneria Pompeianorum" sebuah penghormatan bagi keluarga Cornelia dan Dewi Venus yang dipuja sebagai pelindung kota. Status sebagai koloni membawa dampak besar bagi struktur sosial dan fisik Pompeii. Para veteran perang Romawi mulai bermukim di kota ini, memperkenalkan sistem administrasi Romawi, hukum, dan gaya hidup urban yang khas.

Kehidupan di Pompeii mencerminkan kehidupan urban Romawi yang maju. Bangunan-bangunan megah berdiri di setiap sudut kota. Rumah-rumah milik orang kaya dihiasi dengan lukisan dinding (fresko) berwarna-warni, mozaik artistik, dan taman dalam ruangan. Kehidupan publik berlangsung di forum, teater, dan pemandian umum. Masyarakat Pompeii menjalani aktivitas sehari-hari seperti berdagang, beribadah, bersosialisasi, bahkan menulis graffiti di dinding. Jejak-jejak ini menjadi warisan yang kemudian ditemukan dalam keadaan hampir utuh setelah kota itu terkubur.

Namun kejayaan Pompeii berakhir mendadak pada tanggal 24 Agustus 79 M, ketika Gunung Vesuvius meletus tanpa peringatan yang jelas. Awan panas, abu vulkanik, dan batu apung menyelimuti kota dalam waktu singkat. Ribuan penduduk tewas, banyak dari mereka yang tak sempat melarikan diri. Abu vulkanik yang jatuh hingga beberapa meter tebalnya justru menjadi pelindung alami, yang secara tidak sengaja mengawetkan bangunan, benda-benda, dan jasad manusia. Letusan ini juga menghancurkan kota-kota tetangga seperti Herculaneum dan Stabiae, tetapi Pompeii menjadi situs yang paling luas dan paling dramatis dalam pelestarian sejarah.

Pompeii sempat terlupakan selama lebih dari 1.500 tahun. Lokasinya baru diketahui kembali pada akhir abad ke-16 secara tidak sengaja oleh para penggali terowongan. Namun, penggalian secara sistematis baru dimulai pada abad ke-18 oleh arkeolog dari Kerajaan Napoli di bawah kepemimpinan Raja Charles III. Sejak saat itu, Pompeii menjadi salah satu situs arkeologi paling penting di dunia. Penemuan-penemuan dari penggalian ini termasuk lukisan dinding yang menceritakan mitologi Romawi, alat-alat rumah tangga, makanan yang terbakar sebagian, dan bahkan toko-toko roti yang masih memiliki oven utuh.

Salah satu teknik arkeologi paling terkenal dari Pompeii adalah pembuatan cetakan plaster dari tubuh korban letusan. Saat tubuh manusia yang terkubur membusuk, mereka meninggalkan rongga kosong dalam lapisan abu yang mengeras. Para arkeolog menuangkan plester ke dalam rongga tersebut, menciptakan cetakan utuh dari posisi tubuh terakhir para korban, beberapa ditemukan dalam posisi melindungi diri, memeluk anak-anak, atau berlari menuju pintu. Temuan ini memberikan gambaran menyentuh tentang momen-momen terakhir para warga kota.

Pompeii hari ini adalah Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1997. Ribuan pengunjung datang setiap tahunnya untuk melihat langsung reruntuhan yang nyaris membekukan waktu dua ribu tahun yang lalu. Beberapa struktur penting yang masih dapat dikunjungi antara lain Amfiteater Pompeii yang merupakan salah satu tertua di dunia, Forum Pompeii sebagai pusat kehidupan kota, Rumah Faun yang terkenal dengan mozaik Alexander Agung, serta Lupanar, rumah bordil Romawi kuno yang memuat lukisan erotis dan bilik-bilik kecil.

Pompeii juga menjadi tempat penelitian yang terus berkembang. Teknologi pemindaian 3D, konservasi digital, dan pemetaan geospasial digunakan untuk mengungkap lebih banyak lagi tentang tata ruang kota dan struktur sosial warganya. Meskipun kota ini telah banyak dipelajari, masih banyak bagian yang belum digali sepenuhnya, dan para arkeolog percaya bahwa masih ada ribuan rahasia yang tersimpan di bawah tanah.

Keberadaan Pompeii adalah pengingat kuat bahwa sejarah bukan hanya tentang kejayaan, tetapi juga tentang kerentanan manusia terhadap alam. Ironisnya, bencana besar yang menghancurkan kota ini justru yang melestarikannya dalam kondisi yang luar biasa. Pompeii bukan hanya simbol tragedi, tetapi juga jendela hidup untuk memahami dunia Romawi kuno dalam bentuk paling autentik. Kota ini membuktikan bahwa dari kehancuran, peradaban bisa tetap bersuara selama berabad-abad.

Belum ada Komentar untuk "Sejarah Lengkap Pompeii, Kota Romawi yang Terkubur Secara Tragis"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel