Pernahkah Kamu Berpikir? Bagaimana Manusia Menemukan Energi Nuklir?


Pernahkah Kamu Berpikir? Bagaimana Manusia Menemukan Energi Nuklir?

Apa itu Energi Nuklir?

Singkatnya Energi nuklir adalah energi yang dihasilkan dari inti atom. Energi ini dilepaskan melalui dua proses utama fisi nuklir yaitu pemecahan inti atom berat dan fusi nuklir, yaitu penggabungan dua inti atom ringan.

Secara singkat, energi nuklir paling sering digunakan untuk menghasilkan listrik melalui proses fisi. Di dalam reaktor nuklir, inti atom uranium dipecah, lalu melepaskan energi panas yang digunakan untuk memanaskan air menjadi uap. Uap ini kemudian memutar turbin untuk menggerakkan generator listrik.

Lalu Pernahkah Kamu Berpikir? Bagaimana Manusia Menemukan Energi Nuklir? 
Untuk lebih memahaminya ada baiknya kita mulai menelusurinya dari perjalan sejarah bagaimana energi nuklir ditemukan, serta tujuan, manfaat dan tentu saja resikonya terhadap umat manusia.
Apa Kamu penasaran? Oke mari kita bahas secara bersama-sama.


Perjalanan manusia dalam menemukan energi nuklir adalah kisah panjang penuh rasa ingin tahu, eksperimen ilmiah, kejutan tak terduga, hingga penciptaan kekuatan terbesar yang pernah dikendalikan manusia. Semua ini bermula dari pertanyaan sederhana para ilmuwan pada akhir abad ke-19, pertanyaan itu adalah apa sebenarnya struktur atom itu? 

Yah Pada masa itu, atom dianggap sebagai bagian terkecil dari materi yang tidak dapat dibagi lagi. Namun, pada tahun 1897, seorang fisikawan Inggris bernama J.J. Thomson menemukan elektron, yaitu  partikel bermuatan negatif yang berada di dalam atom. Temuan ini membuka pintu kesadaran bahwa atom memiliki struktur internal dan dari sanalah awal mula fisika nuklir dimulai.

Tak lama setelah itu, pada tahun 1896, Henri Becquerel secara tidak sengaja menemukan bahwa mineral uranium memancarkan sinar misterius yang dapat menembus benda serta mempengaruhi pelat fotografi. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai radioaktivitas. Marie Curie dan suaminya Pierre Curie melanjutkan penelitian Becquerel dan berhasil menemukan dua elemen radioaktif baru yaitu polonium dan radium. Mereka menyadari bahwa atom-atom tertentu bisa meluruh secara spontan dan memancarkan energi. Meskipun saat itu belum dipahami sepenuhnya, penemuan radioaktivitas adalah kunci pertama bahwa energi luar biasa tersimpan di inti atom.

Pada tahun 1911, Ernest Rutherford melakukan eksperimen penembakan partikel alfa ke arah lempeng tipis emas. Hasilnya sangat mengejutkan dimana sebagian besar partikel alfa menembus lempeng, tetapi sebagian ada yang terpental. Dari sinilah Rutherford menyimpulkan bahwa atom memiliki inti kecil padat bermuatan positif. 
Dari Sinilah awal lahirnya konsep “inti atom”. Rutherford juga menjadi orang pertama yang secara sengaja mengubah suatu unsur menjadi unsur lain melalui reaksi nuklir buatan. Ia menembakkan partikel alfa ke atom nitrogen sehingga menghasilkan oksigen dan memecah inti atom. Eksperimen ini menunjukkan bahwa inti atom bisa diubah dan melepaskan partikel.

Setelah itu, para ilmuwan seperti Niels Bohr, James Chadwick (yang menemukan neutron pada 1932) dan Enrico Fermi mulai melakukan eksperimen untuk menembak inti atom dengan partikel seperti neutron. Neutron sangat ideal karena tidak memiliki muatan listrik, sehingga bisa menembus inti tanpa ditolak oleh gaya elektrostatik. Fermi juga menemukan bahwa saat uranium ditembak neutron, dimana inti uranium menjadi tidak stabil dan menghasilkan banyak produk peluruhan. Namun ia belum sepenuhnya menyadari bahwa ini adalah reaksi fisi nuklir, suatu pemecahan inti atom besar menjadi inti yang lebih kecil dengan pelepasan energi besar.

Barulah pada tahun 1938, dua ilmuwan Jerman, Otto Hahn dan Fritz Strassmann, bersama Lise Meitner dan Otto Frisch, mengidentifikasi bahwa uranium yang ditembak neutron benar-benar terbelah menjadi elemen baru seperti barium. Meitner dan Frisch menyadari bahwa perpecahan inti ini yang mereka sebut sebagai “fisi nuklir” mampu menghasilkan pelepasan energi sangat besar sesuai rumus Einstein E=mc², yang menunjukkan bahwa sedikit massa yang hilang berubah menjadi energi. Penemuan ini segera menggemparkan dunia ilmiah.

Setelah konsep fisi ditemukan, banyak ilmuwan Eropa menyadari bahwa reaksi berantai mungkin bisa diciptakan, dimana satu atom uranium ketika membelah akan melepaskan neutron yang bisa menyebabkan atom uranium lain ikut membelah dan menghasilkan energi berantai dalam jumlah besar. 
Dengan ancaman Perang Dunia II dan Nazi Jerman yang mungkin mengembangkan senjata nuklir, para ilmuwan seperti Albert Einstein dan Leo Szilard menulis surat kepada Presiden AS Franklin D. Roosevelt untuk memperingatkan potensi bom atom. Hal ini menjadi dasar utama dimulainya Proyek Manhattan, program rahasia Amerika Serikat untuk menciptakan senjata nuklir pertama.

Kemudian Reaktor nuklir pertama di dunia berhasil dibuat pada 2 Desember 1942 di Chicago oleh tim Enrico Fermi. Reaktor ini membuktikan bahwa reaksi berantai terkendali bisa terjadi. Namun tujuan utama proyek saat itu adalah membuat senjata super. Pada tahun 1945, dua bom atom pertama, “Little Boy” dan “Fat Man”, dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Ledakan dahsyat itu menewaskan ratusan ribu orang dan mengakhiri Perang Dunia II, tetapi sekaligus membuka era baru yang penuh ketakutan dan kekuatan, yakni zaman nuklir.

Meski awalnya energi nuklir dikembangkan untuk perang, para ilmuwan dan pemimpin bangsa segera melihat potensi damainya. Setelah perang, eksperimen dilakukan untuk memanfaatkan energi nuklir sebagai sumber listrik. 
Reaktor nuklir yang semula digunakan untuk riset mulai dikembangkan untuk menghasilkan tenaga panas dan memutar turbin. Pada 1954 di Uni Soviet, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di dunia beroperasi secara komersial di kota Obninsk. Energi nuklir mulai dipandang sebagai solusi masa depan untuk kebutuhan listrik besar dengan emisi karbon yang rendah. Negara-negara seperti Amerika, Prancis, Jepang, dan Inggris mulai membangun PLTN skala besar selama dekade 1960 sampai 1970-an.

Namun, energi nuklir tidak lepas dari risiko. Dua kecelakaan besar yaitu Three Mile Island di Amerika tahun 1979 dan Chernobyl di Ukraina (waktu itu Uni Soviet) tahun 1986, membuat masyarakat dunia menyadari bahaya radiasi jika terjadi kesalahan. Ledakan Chernobyl menyebabkan pencemaran radioaktif masif dan banyak korban. Meskipun begitu, negara-negara tetap melanjutkan pembangunan PLTN dengan teknologi keamanan lebih tinggi. Energi nuklir memberikan suplai listrik stabil, tidak bergantung cuaca, dan tidak menghasilkan karbon dioksida seperti pembakaran fosil.

Selain listrik, energi nuklir juga membawa manfaat besar dalam bidang medis, industri, dan pertanian. Teknologi nuklir digunakan untuk radioterapi kanker, sterilisasi peralatan medis, serta tracer radioaktif untuk diagnosis penyakit. Dalam industri, sinar gamma digunakan untuk mengawetkan makanan, menginspeksi kualitas material, dan meningkatkan bibit tanaman melalui iradiasi. Bahkan, kapal selam dan kapal induk bertenaga nuklir bisa berlayar selama bertahun-tahun tanpa perlu mengisi bahan bakar.

Namun, ancaman senjata nuklir tetap menjadi bayang-bayang kelam. Perlombaan senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet selama Perang Dingin menghasilkan ribuan hulu ledak nuklir. Dunia hidup dalam ketakutan karena satu konflik besar saja bisa memicu kehancuran global. Upaya pengendalian senjata nuklir melalui perjanjian seperti Non-Proliferation Treaty (NPT) mulai dilakukan agar teknologi nuklir lebih diarahkan untuk damai.

Memasuki abad ke-21, energi nuklir masih jadi perdebatan. Sebagian melihatnya sebagai solusi energi bersih untuk menghadapi perubahan iklim. 
Prancis, misalnya, yang menghasilkan lebih dari 70% listriknya dari nuklir. Di negara lain seperti Jerman, tekanan publik membuat pemerintah memutuskan menghentikan PLTN secara bertahap. Bencana Fukushima di Jepang pada 2011 akibat tsunami kembali mengingatkan risiko bencana nuklir.

Meskipun penuh dilema, tak bisa dipungkiri bahwa energi nuklir adalah hasil kecerdasan manusia mengenali struktur terkecil alam semesta dan mengubahnya menjadi kekuatan raksasa. Dari penemuan elektron, radioaktivitas, neutron, hingga fisi nuklir, semua tahapan ini membentuk kisah panjang pencarian manusia. Energi nuklir telah menyelamatkan banyak pasien kanker, menghasilkan listrik miliaran megawatt dan memberi alternatif bagi krisis energi, meski juga membawa ancaman jika disalahgunakan.

Akhirnya, perjalanan penemuan energi nuklir adalah bukti bahwa ilmu pengetahuan bisa menjadi pedang bermata dua. Ia bisa memberi cahaya bagi masa depan, namun juga bisa menghancurkan jika tak dikendalikan dengan bijak. Dari laboratorium kecil di abad ke-19 hingga reaktor modern dan senjata pemusnah massal, energi nuklir mencerminkan kemampuan manusia memahami alam sekaligus tantangan moral dalam mengendalikan kekuatan sebesar itu.



Perjalanan panjang energi nuklir yang penuh dilema antara manfaat besar dan potensi bahaya membawa kita pada kesadaran bahwa pengelolaan tenaga nuklir tidak hanya soal teknologi, tetapi juga soal hukum, etika, dan regulasi yang ketat. Tanpa penegakan hukum yang jelas, risiko penyalahgunaan dan kelalaian bisa membawa dampak fatal, baik terhadap manusia maupun lingkungan.

Dalam konteks inilah buku “Penegakan Hukum di Bidang Tenaga Nuklir: Sebuah Pembelajaran dari Kompleks BATAN INDAH” karya Suhaedi Muhammad hadir sebagai bacaan penting. Buku ini membahas bagaimana hukum berperan dalam mengatur, mengawasi, sekaligus menegakkan aturan terkait pemanfaatan energi nuklir. Isinya tidak hanya menyinggung aspek regulasi nasional, tetapi juga pelajaran praktis dari kasus-kasus nyata, khususnya di Indonesia.

✅ Review Singkat Produk
Buku ini layak dibaca oleh:

Mahasiswa hukum, teknik nuklir, dan kebijakan publik, yang ingin memahami hubungan antara sains dan regulasi.

Praktisi atau pengambil kebijakan, untuk memperkuat wawasan tentang tata kelola energi nuklir yang aman dan bertanggung jawab.

Masyarakat umum yang peduli pada isu lingkungan, energi, dan keamanan.

Bahasanya relatif lugas dengan studi kasus yang konkret, membuat pembaca lebih mudah memahami bagaimana hukum bekerja dalam bidang yang sangat kompleks ini. Buku ini juga memberikan gambaran bahwa energi nuklir tidak bisa dipandang hanya sebagai teknologi, tetapi sebagai isu multidimensi yang melibatkan politik, sosial, keamanan, dan keadilan.


Belum ada Komentar untuk "Pernahkah Kamu Berpikir? Bagaimana Manusia Menemukan Energi Nuklir?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel